Alkisah, para pendiri bangsa Amerika modern kini pada awalnya merupakan koloni eropa yang hijrah ke dunia baru karena
kejemuan akan kedaan di dunia lama (Eropa) yang sangat korup, korupsi sudah
mengakar mulai dari kastil para raja hingga istana kepausan. Oleh karena itulah
para bapak bangsa Amerika sebut saja George Wasingthon, Benjamin Franklin,
Thomas Jefferson, dsb, mendirikan Amerika
dalam satu keyakinan, yaitu mereka tidak mempercayai agama dalam pengelolaan
negara, yang kita kenal dengan sistem sekularisme. Mengingat apa yang terjadi
di Eropa dahulu (sebelum era renaissance), agama tak mampu menjadikan kehidupan menjadi lebih baik, karena telah di drive dengan kekuasaan, mereka menyaksikan sendiri Gereja Katolik Roma begitu kolaborasionis dengan kuasa kerajaan, banyak oknum pendeta memperdaya kaum petani
dengan bahasa latin, melegalkan penjajahan terhadap yang lemah. Oleh karena itulah
sekularisme dijadikan keputusan Amerika dalam penyelenggaraan kehidupan bernegara dan hal itu dilindungi oleh konstitusinya. “tak seorangpun, betapapun salehnya, dapat mendiktekan kepada orang
lain apa yang mereka yakini”.
Pemikiran Jhon Wintrhop
tentang Amerika kedapan akan menjadi kota diatas bukit (city on a hill) kini
terbukti. Seluruh dunia kini melihat cara hidup Amerika, prestasinya akan
menjadi kebanggaan, dan juga kebusukannya juga secara langsung akan terekspos
ke dunia luar. Pada kenyataanya sejarah kepresidenan Amerika tak jauh-jauh dari
sosok-sosok peselingkuh, maniak perang, rasialis, koruptor, penipu, dsb. Ternyata penceraian total antara agama dan
Negara bukan merupakan solusi. Kekuasaan yang dulu disetir institursi agama
sekarang justru di setir oleh para pemilik modal para pengusaha, demokrasipun
menjadi ambigu.
Bahkan George Washington presiden
pertama AS tak luput dari catatan kelam, pada kurun waktu 1775-1778 presiden yang menggemari rokok marijuana ini mengeruk
tak kurang dari US$ 9,4jt kas Amerika untuk pengeluaran pribadinya, bahkan saat
musim dingin mengerikan di Valley Forge, ribuan pasukannya kelaparan, namun ia masih sempat-sempatnya
berpesta daging anak sapi, burung dara, tiram, memanjakan dirinya sendiri.
Thomas Jefferson, yang dikenal
sebagai sosok idealis dan intelektual, merupakan seorang penganut