BAGAIMANA
MENJADI PEMUDA HARAPAN BANGSA?
Tidak banyak bangsa yang lahir dan terhimpun terlebih
dahulu sebelum konsensus negaranya terbentuk, apalagi negara-bangsa yang
terdiri dari ribuan gugusan pulau, ratusan suku dan ras serta agama tersebut
memiliki unifikasi tersendiri jika kita coba perbandingkan dengan negara lain.
Jerman, Inggris, Italia, Yunani, Prancis menjadi sebuah negara akibat ikatan
pertalian bahasa. Kemudian ada Australia, India, Srilangka, Singapura lahir
akibat perikatan satu daratan. Atau Jepang, Korea, China, dan negara-negara di
Timur Tengah lahir akibat persamaan ras. Sedangkan Indonesia merupakan anti
tesa dari kesemua itu, kita berbeda bahasa, berbeda, tanah air, dan bahkan
berbeda-beda bangsa, tetapi akhirnya lahir menjadi sebuah negara-bangsa dari
rahim yang kita sebut dengan “Bhineka Tunggal Ika”, kebersamaan didalam
perbedaan.
Indonesia adalah negara ke-3 terbesar yang pernah eksis
di Nusantara. Sebelum Indonesia ada kita telah pernah bersatu dalam kerajaan
Sriwijaya selama 500 tahun kemudian runtuh dan berhimpun lagi dibawah kerajaan
Majapahit selama 300 tahun. Dan setelah masa penjajahanan yang panjang selama
3,5 abad akhirnya kita berhimpun kembali menjadi satu kesatuan politik dan
sosial kembali.
Kita berhutang budi kepada para leluhur negeri ini yang
memiliki keluhuran budi serta gagasan visioner tentang bagaimana dan apa dasar
yang harus dibangun untuk membentuk suatu Negara. Mereka faham bahwa Sriwijaya
dan Majapahit pernah ada dan runtuh akibat perikatan mereka yang lemah, karena
kedua kerajaan besar tersebut wilayahnya terbentuk dari hasil
penaklukan-ekpansionisme negri-negri kecil di Nusantara. Oleh karena itu
Indonesia dibangun atas dasar kebersamaan untuk mau berdifusi menjadi satu
kesatuan, bukan penaklukan.
Pemuda
Perekat Bangsa
Sumpah Pemuda adalah peristiwa yang monumental, karena ia
melahirkan sebuah fondasi fundamental bagi masa depan Indonesia. Sumpah pemuda
adalah ikhtisar dari filsafat kebangsaan. Tanggal 28 Oktober 1928 adalah momen
sejarah yang harus dicatat bahwa kita telah terlahir menjadi sebuah bangsa
sebelum negara kebangsaan kita terbentuk pada 17 Agustus 1945.
Para pemuda pada masa itu adalah generasi emas yang
tercerahkan dan sudah jengah dengan keadaan yang sedemikian memprihatinkan yang
dialami oleh bangsanya, bodoh, terjajah, diperlakukan semena-mena dan jauh dari
kata berperikemanusiaan.
Atas
dasar rasa senasib sepenganggungan, dan sadar bahwa usaha pergerakan
kemerdekaan yang dilaksanakan secara parsial-kedaerahan terbukti gagal. Maka
akhirnya mereka mulai sadar tentang arti
penting dari persatuan dan kesatuan.
Indonesia yang dibangun oleh para pemuda pendiri bangsa
kita adalah Indonesia yang berdiri diatas fondasi Kebhineka Tunggal Ika-an,
karena hanya dengan semangat itulah negeri yang begitu multi-etnik ini dapat
padu menjadi suatu kekuatan besar. Indonesia yang diimpikan oleh para pendiri
kita adalah indonesia yang padu dalam keragaman, guyub dalam perbedaan, dan
satu dalam impian dan harapan yang diperjuangkan bersama. Impian dan tujuan NKRI
berdiri sangat jelas, tertuang pada pembukaan UUD 1945 yaitu “...dengan
mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”. Kesitulah
bahtera negara-bangsa yang besar ini akan diarahkan.
Pemuda
Melawan Kebodohan
Saya pribadi tidak terlalu takut menghadapi orang berotot
atau berbadan besar sekalipun, karena meraka bukan ancaman, bahkan dapat
dijadikan teman. satu-satunya hal yang paling kita takuti adalah kebodohan yang
telah berurat-berakar pada diri seseorang. Kebodohan lah yang menjadi
sebab-musabab dari banyak permasalahan pada tiap zaman di Dunia ini.
Perbudakan, pelacuran, pembunuhan dan korupsi adalah manifestasi dari buah
kebodohan. Allah bahkan mengutus 25 Nabi dan Rasul untuk menumpas kebodohan
(Sifat Jahiliah) yang ada pada setiap umat dari zaman ke zaman dan lintas
generasi di muka bumi ini.
Perlu kita ingat bahwa para pendahulu kita, para peletak
fondasi bagi berdirinya repubik Indonesia yang kita cintai ini, sebagian besar
adalah anak-anak muda cemerlang pada masanya. Mereka adalah orang-orang yang
terdidik (baik dalam konteks formal-informal) yang ikhlas mewakafkan masa
mudanya untuk kepentingan bangsa dan negaranya, untuk jihad melawan kebodohan
dan ketertinggalan.
Bung Karno, Bung Hatta, Bung Sjahrir, Tan Malaka dan
banyak tokoh lainnya adalah bapak bangsa yang sejak belia berjuang di masa
penjajahan untuk mewujudkan Indonesia merdeka. Mereka tercambuk semangatnya
karena menyadari betapa mengerikan kondisi bangsanya pada masa itu, miskin,
terbelakang, mistikus, bodoh dan tidak berdaya. Mereka para pemuda yang sudah
tak kuat lagi melihat kondisi bangsanya menjadi “een natie van koelis en een koeli van naties”, bangsa kuli dan menjadi kuli diantara bangsa-bangsa. Atas dasar untuk mengentaskan itu
semualah Indonesia didirikan.
Di era globalisasi
saat ini dimana era kerjasama yang ujungnya adalah perasaingan terbuka dan
transparan antar bangsa semakin menajam, pemuda adalah benteng terdepan dan
sekaligus terakhir untuk dapat menopang kemajuan bangsa ini. Tidak kurang 3
bulan lagi kita akan memasuki era MEA (Masyarakat Ekonomi Asean) dimana negara
Asean akan mengintegralkan dirinya (sebenarnya lebih kepada perang terbuka)
dalam hal lalu lintas barang, uang dan orang. Ketersediaan SDM yang mumpuni
adalah kata kunci untuk dapat memenangi (atau setidaknya tidak hancur) dalam
era persaingan bebas MEA.
Kita tidak dapat mengelak lagi dari arus sejarah
perjalanan dunia yang kini semakin jelas bergerak ke arah kompetisi yang
semakin ketat. Winston Churchill mengatakan “The empires of the future will be empires of the mind. The battles of the future will be battles
fot talent. The old battles for natural resources are still there, but they are
being supplemented by new ones for talent; not just among companies, but also
among countries”.
Tidak ada alat rekayasa sosial yang terbaik selain pendidikan untuk
membangun bangsa yang berperadaban madani. Lewat pelayanan pendidikan yang
berkualitas yang melibatkan tidak hanya pemerintah sebagai satu-satunya vendor
tunggal, tetapi juga peran aktif dari masyarakat, bangsa kita dapat bertahan
dan unggul melewati ujian zaman.
Dibawah
kabinet Presiden Jokowi kita menaruh harapan yang cukup besar bagi peningkatan
dan pemerataan pelayanan pendidikan baik secara kuantitas maupun kualitas,
khususnya didaerah-daerah yang tertinggal. Dibawah kepemimpinan Anies Baswedan pada
Kementrian Pendidikan Dasar dan Menengah serta M.Nasir
pada Menristek dan Dikti, sangat
ditunggu-tunggu oleh publik untuk dapat mewujudkan itu semua. (Bang Zul)
0 comments: